Hai Sahabat Kalimaya, meski sudah memiliki dana yang mencukupi, nyatanya membeli rumah tetap bukan perkara mudah. Kenapa begitu? Ya, mengingat rumah adalah pengeluaran yang besar dan juga aset investasi jangka panjang, kita nggak bisa sembarangan, dan harus jeli dalam mempertimbangkan segala sesuatunya secara matang. Awalnya memang akan ‘ribet’ dan menyita waktu dalam menyusun perencanaan untuk membeli rumah, namun percaya deh semua itu pasti akan terbayar saat nantinya kamu dan keluarga kecilmu kelak bisa tinggal di rumah yang selama ini diidam-idamkan, hehehe… Tapi sebelum itu terjadi, kira-kira apa aja ya yang harus diperhatikan sebelum membeli rumah?
Untuk menjawabnya, berikut tips membeli rumah pertama bagi keluarga muda:
1. Rencanakan budget
Ya, hunian untuk seluruh anggota keluarga ini memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karenanya, kita perlu merencanakan terlebih dahulu budget maupun batas kemampuan bayar masing-masing. Hal ini dilakukan agar keputusan membeli rumah tidak membebani kondisi finansial untuk memenuhi kebutuhan pokok, maupun kebutuhan lain yang sebelumnya sudah ada. Sebagai informasi, bank biasanya mensyaratkan angsuran KPR per bulan maksimal sebesar 30% penghasilan bersih pribadi maupun gabungan antara suami dan istri. Ini bisa kamu jadikan patokan untuk batas kemampuan bayarmu, dengan catatan kamu maupun pasangan tidak memiliki utang lainnya ya.…..
2. Kenali seluk beluk pembayaran rumah
Setelah merencanakan budget untuk membeli rumah, selanjutnya kamu perlu mengenali seluk beluk pembayarannya. Hal ini menjadi penting, agar kamu paham akan biaya serta komitmen apa saja yang diperlukan dalam membeli rumah. Sebagai bukti keseriusan, terdapat 2 macam biaya yang perlu dibayarkan, diantaranya:
- Booking fee – merupakan pembayaran dalam bentuk sejumlah uang sebagai komitmen memesan unit properti tertentu. Untuk besaran biayanya, booking fee tidak memiliki patokan pasti, dan berbeda-beda di tiap jenis hunian maupun pengembang properti.
- Uang Tanda Jadi atau Down Payment (DP) – sama halnya dengan booking fee, DP merupakan wujud dari bukti keseriusan pemesanan rumah yang diinginkan. Selain itu DP juga digunakan untuk mengikat harga yang sebelumnya sudah disetujui antara penjual dan pembeli properti. Untuk besaran biayanya bervariasi, pada umumnya mulai dari 10%, tergantung promo yang sedang berlangsung dari bank ataupun pengembang properti. Agar tidak terbebani DP, kamu dapat memilih bank atau pengembang properti yang mempunyai program keringanan kredit pembelian rumah.
Selain bukti keseriusan, terdapat juga 3 pilihan cara bayar properti yang berlaku di Indonesia, diantaranya:
- Kredit Pemilikan Rakyat (KPR) – merupakan produk pembiayaan untuk pembeli rumah dengan skema pembiayaan sampai dengan 90% dari harga rumah. Pada sistem ini, kita akan membayar rumah dengan cara mencicil tiap bulan kepada pihak bank. Lama cicilan atau tenornya beragam, dan dapat disesuaikan dengan kemampuan bayar masing-masing. Untuk mengajukan KPR, terdapat ketentuan standar yang harus dipenuhi meliputi usia <50 tahun ketika mengajukan permohonan KPR, fotokopi KTP, akta nikah atau cerai, kartu keluarga, surat keterangan WNI (untuk WNI keturunan), serta dokumen terkait rumah yang dijadikan agunan (SHM, IMB, PBB).
- Tunai Keras atau Cash Keras – merupakan sistem pembayaran yang dilakukan dalam waktu paling lambat satu bulan sejak adanya kesepakatan antara pembeli dan pengembang. Sistem bayar ini memiliki banyak keuntungan, karena biasanya pengembang akan memberikan potongan harga rumah yang menggiurkan (biasanya sekitar 10 – 15%). Selain itu, keuntungan lainnya adalah kita tidak perlu memikirkan beban cicilan tiap bulan, maupun fluktuasi suku bunga pinjaman yang kerap melambung tinggi seperti di sistem bayar KPR.
- Tunai Bertahap atau Cash Installment – bila sebelumnya KPR adalah cicilan kepada pihak bank, maka Cash Installment adalah cicilan dalam kurun 6-24 bulan yang dibayarkan langsung kepada pihak pengembang. Sistem bayar ini terbilang cukup efektif karena cicilan tak akan terpengaruh fluktuasi bunga bank. Namun, perlu kamu ketahui juga bahwa pada sistem ini pembeli diwajibkan untuk menyerahkan DP yang jumlahnya cenderung lebih besar atau sekitar 30 – 50% dari harga rumah, tergantung kebijakan pengembang.
3. Tentukan Lokasi
Nah, kalau sudah paham kedua hal mendasar sebelumnya, maka kamu dapat mulai menentukan lokasi rumah yang diinginkan. Penentuan lokasi ini dapat dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek, mulai dari pertimbangan atas lokasi yang tidak rawan banjir, memiliki akses yang mudah dan strategis, maupun pertimbangan atas kondisi air, bentuk tanah, hingga besarnya budget yang dimiliki.
4. Pilih pengembang properti atau developer terpercaya
Tahap selanjutnya adalah memilih rumah berdasarkan pengembangnya. Pastikan pihak pengembang atau developer yang dipilih merupakan pihak terpercaya. Hal ini bisa dipastikan dengan menggali informasi seputar track record project sebelumnya, apakah developer memiliki masalah atau terdapat kejanggalan pada proyek hunian yang sudah pernah dibangun? Bila tidak ada masalah, maka kamu dapat memilih produk hunian dari developer tersebut. Tapi, jangan lupa pastikan kembali produk hunian developer yang kamu pilih memiliki kisaran harga yang sesuai dengan budget yang kamu miliki.
5. Tentukan Tipe Rumah
Pengembang properti umumnya memiliki beberapa produk hunian dengan tipe luas tanah dan bangunan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, tipe rumah yang kini cukup populer adalah tipe 36, 45, 60, dan juga tipe 70. Untuk menentukan tipe rumah yang diinginkan kamu dapat mengecek produk rumah yang disediakan oleh developer pilihanmu, dan menentukannya berdasarkan dengan budget yang dimiliki. Dalam menentukan tipe rumah ini, pastikan kamu tidak memaksakan keinginan untuk memiliki rumah impian ya. Sebagai opsi agar tetap on budget, kamu bisa memilih hunian dengan konsep rumah tumbuh yang memungkinkan untuk dibangun atau di renovasi di kemudian hari.
6. Pastikan Tidak Ada Kredit Macet
Apabila kamu hendak membeli rumah dengan cara mencicil, maka pastikan bahwa kamu ataupun pasangan tidak memiliki kredit yang macet pembayarannya. Apabila seseorang memiliki kredit macet akan lebih sulit mendapatkan approval pinjaman KPR dari bank. Hal ini terjadi karena pihak bank mempertimbangkan kemampuan dan kepatuhan kamu dalam membayar cicilan. Selain itu, pihak bank biasanya juga akan memperhitungkan jumlah utang maupun cicilan berjalan dengan pendapatan kamu tiap bulannya, dan juga track record kredit macet jika kamu pernah mengalami sebelumnya.
sumber: https://www.jaringanprima.co.id/